Sun Life Syariah Terus Tumbuh Pesat
JAKARTA — Unit Usaha Syariah (UUS) Sun Life Financial Indonesia masih tumbuh baik sepanjang 2015. Tekanan ekonomi yang terjadi tahun lalu dinilai tidak terlalu berpengaruh pada bisnis asuransi UUS Sun Life.
Head of Shariah Sun Life Financial Indonesia Srikandi Utami mengatakan, bisnis unit syariah Sun Life sepanjang 2015 berjalan bagus dan bisa tumbuh lebih dari 50 persen. Kondisi ekonomi yang kurang bagus tahun lalu tidak berdampak pada distribusi syariah Sun Life.
”Sun Life memiliki saluran distribusi syariah yang terpisah dan di sisi lain agen konvensional juga menjual produk syariah,” ungkap Srikandi di Sun Life Edufair belum lama ini.
Perkembangan dua produk yang baru diluncurkan tahun lalu pun dinilai bagus terutama produk unitlink Brilliance Hasanah Fortune Plus. Srikandi berharap pada 2016 ini bisnis UUS Sun Life bisa lebih bagus. Tahun ini juga berencana meluncurkan produk syariah baru pada triwulan dua 2016, yakni satu produk tradisional dan satu unitlink.
Direktur Utama Sun Life Financial Indonesia Elin Waty mengatakan, bisnis Sun Life pada 2015 tetap tumbuh. Bisnis syariah juga tetap berjalan sesuai dengan yang ditargetkan, yaitu porsi syariah bisa mencapai 25 persen dari total binis.
”Tahun lalu bisnis syariah sudah 18 persen dari total bisnis Sun Life Financial,” kata Elin. Sun Life berfokus membangun bisnis syariahnya dan ingin memastikan distribusi produk syariah dijalankan dengan benar sehingga benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat Muslim.
Sun Life, menurut Elin Waty, memang berkomitmen untuk mempertajam penetrasi ke pasar asuransi syariah di Indonesia. Selain memiliki potensi yang besar, tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk asuransi syariah juga mulai meningkat.
Sun Life juga sudah memiliki sistem keagenan syariah tersendiri dan sudah berjalan pada pertengahan 2014. Saat ini Sun Life Syariah sudah punya 44 kantor distribusi dengan 1.300 agen syariah dari total 9.800 agen Sun Life.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan, pertumbuhan asuransi syariah setiap tahunnya selalu lebih besar dibandingkan asuransi konvensional. Alasannya, permintaan terhadap produk syariah masih sangat tinggi.
Namun, patut diakui, hingga kini pangsa pasar asuransi syariah terbilang masih sangat kecil jika dibandingkan konvensional. Ia menyebut aset asuransi syariah masih di sekitar angka lima persen jika dibandingkan asuransi konvensional. “Jadi terasa pertumbuhan 30 persen belum berasa juga,” ucap dia.
Sekjen Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Tati Febriyanti menyatakan, AASI sedang melihat peluang jalur distribusi untuk asuransi syariah. Contohnya, ucap dia, dengan Pegadaian. Pegadaian memiliki jalur distribusi yang banyak sehingga menjadi kesempatan untuk asuransi syariah.
Selain dengan Pegadaian, dia juga melihat peluang distribusi lain, seperti melakukan kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta industri keuangan non-bank (IKNB) syariah. Menurut dia, kontribusi terbesar untuk asuransi syariah yaitu melalui perbankan dan multifinance.
Dalam paparan kinerja IKNB 2015, OJK mencatat kontribusi asuransi syariah (tabarru) selama 2015 sebesar Rp 10,49 triliun, sedangkan jumlah klaim bruto sebesar Rp 3,34 triliun. Dibandingkan perasuransian konvensional yang hanya tumbuh 10 persen, industri perasuransian syariah tumbuh 30 persen.
Rep: Fajar Pratiwi ed: Ichsan Emrald Alamsyah.
Sumber: Republika.co.id
Leave a Reply